SUMUTNEWS.CO – OPINI | Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan organisasi mahaiswa tertua di Indonesia tengah melaksanakan Kongres XXXI di Kota Surabaya. Kongres yang dijadwalkan selesai 22 Maret 2021 namun tidak terjadi disebabkan forum yang tidak kondusif dan berujung chaos.
Disela-sela pagelaran kongres, terjadi kerusuhan sehingga aparat keamanan diterjunkan untuk mengamankan jalannya forum.
Akun-akun media sosial kader dan alumni tidak hentinya bertebaran saling membenarkan opininya masing-masing.
Saling membenarkan dan saling menyalahkan antara kader dan alumni.
Kongres yang perjalanan forumnya tidak hentinya chaos dan rusuh, seakan-akan mempertontonkan HMI tidak seperti ekspektasi yang telah dicapai selama ini yang kadernya merupakan kaum intelektual dan berpendidikan tinggi.
Apakah HMI seperti ini dari awal terbentuk ?
Organisasi mahasiswa tertua di Indonesia yang diprakarsai oleh Lapran Pane seorang akademisi dan kawan- kawan yang tentunya disegani dengan prinsipnya dalam negara sehingga menjadi guru bangsa di negeri ini.
Himpunan Mahasiswa Islam yang berdiri di kota Yogyakarta dikenal sebagai kota pendidikan menjadi simbol bahwa organisasi didirikan oleh kaum intelektual dan berpendidikan tinggi.
Lafran mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam untuk tempat aktualisasi dari pandangannya tentang Islam dan Indonesia. HMI dilahirkan sebagai suatu reaksi terhadap situasi saat itu, namun juga berakar pada aspirasi umat Islam yang dikandung selama berabad-abad lamanya.
Dengan mendirikan HMI, Islam mendapat peran yang lebih tinggi di antara mahasiswa, yakni bahwa Islam bukanlah sekumpulan kaum yang mempertahankan tradisi dan pengetahuan tradisional. Selain itu, dengan adanya HMI ide persatuan umat Islam yang mengikis fanatisme kelompok semakin meningkat.
HMI zaman Now
Penulis menguraikan penjelasan melihat data dan dokumentasi saat ini, Himpunan Mahasiswa Islam sangat jauh dari cita-cita Lapran Pane.sebagai wadah untuk mengikuti dan mengimbangi zaman pada pergerakan dan pemikiran mahasiswa.
Hal ini dasari para kader tidak memegang teguh prinsip lapran pane sang pendiri.
Lapran Pane yang tidak pragmatis, para kader hmi umumnya pragmatis dizaman ini.
Lapran pane dikenal sebagai seorang intlektual, para kadernya tidak mencontohkan kaum intelektual sekarang ini.
Diakhir penulis merujuk kutipan perkataan Lapran Pane kepada Akbar Tanjung, Lafran Pane bilang ‘dimanapun kau berkiprah tak ada masalah, yang penting semangat keislaman-keindonesiaan itu kau pegang terus’.
Penulis: Mas Am (Kader Himpunan Mahasiswa Islam)
Editor: TIM
Komentar