SUMUTNEWS.CO – Surabaya | Sikap egois yang tampilkan Arya Kharisma Hardy menimbulkan kegelisahan serta keperihatinan kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) se Indonesia. Saat ini banyak desakan yang datang dari kader-kader HMI se Indonesia, baik Ketua Umum Badko HMI se Indonesia maupun dari Ketua Umum HMI Cabang se Indonesia agar Arya Kharisma Hardy menurunkan ego-nya supaya sengketa dualisme kepengurusan dengan Abdul Muis Amiruddin dapat diselesaikan.
Salahsatu keperihatinan itu datang dari HMI Cabang Ambon. HMI Cabang Ambon merasa prihatin dengan dinamika Kongres HMI XXXI yang digelar di Surabaya, Jawa Timur pada 17-22 Maret 2020 yang tidak sehat dan jauh dari nilai-nilai intelektual.
Selain itu, HMI Cabang Ambon juga menyesalkan sikap ‘kepala batu’ Arya Kharisma Hardy yang tidak mengindahkan permintaan Ketua Badko HMI se Indonesia agar segera melakukan rekonsiliasi dengan Abdul Muis Amiruddin.
“Secara institusi, kami dari HMI Cabang Ambon Badko Maluku-Maluku Utara sangat prihatin dengan dinamika kongres HMI ke 31 di Surabaya yang di gelar pada tanggal 17-22 maret 2021. Keprihatinan kami berangkat dari sikap ‘kepala batu’ Pj Ketum Arya Kharisma terhadap permintaan Ketua Umum Badko se-Indonesia yang sejak awal berikhtiar untuk meminta Pj Ketum Arya dan Pj Ketum Muis untuk duduk bersama dan membijaki dinamika yang ada,” kata Mizwar Tomagola, Ketua Umum HMI Cabang Ambon melalui keterangan tertulis, Rabu (24/03/2021).
Bila syahwat Arya Kharisma Hardy terus dipaksakan, Mizwar khawatir HMI akan terus terpecah dan berdampak buruk pada masa depan HMI, terutama dari sisi perkaderan serta perannya sebagai organisasi perjuangan.
“Ketika syahwat Arya Kharisma terus dipaksakan maka kedepan HMI akan terbelah dan berdampak buruk bagi masa depan HMI, terutama dari sisi pengkaderan, barganing nilai, serta peran-peran perjuangan lainnya. Sebab masing-masing Kubu akan disibukkan dengan hujat-menghujat sambil mencari dukungan-dukungan politis pragmatis di istana,” terangnya.
Dia menghimbau agar Arya Kharisma Hardy belajar bersikap bijak dari Ketua Umum PB HMI sebelumnya, Respiratori Saddam Al Jihad yang telah menyelesaikan konflik dengan penuh arif dan bijaksana.
“Arya mesti belajar bijak dari Ketum Sadam Aljihad sewaktu berikhtiar menyelesaikan konflik yang terjadi antara kubu Arya dan kubu Sadam,” kata Mizwar.
Dia menilai Kongres HMI XXXI saat ini bukan lagi milik HMI, melainkan sudah disusupi oleh pihak-pihak luar.
“Apalagi Kongres HMI yang terjadi hari ini terkesan bukan lagi milik HMI, bayangkan saja oknum aparat kepolisian sudah berani tampil di dalam forum tertinggi tanpa mengindahkan dinamika para kader-kader HMI se-Indonesia yang sementara berkongres,” katanya.
Mizwar menilai Kongres HMI XXXI itu tidak lagi efektif. Menurut Mizwar, untuk meminimalisir potensi buruk kedepan maka dia meminta kepada HMI Cabang se-Indonesia supaya menahan diri dan menyikapi segala persoalan dengan kepada dingin, serta mendukung dan menyuarakan kongres rekonsiliasi dan menghentikan kongres di Surabaya.
“Kami dari HMI Cabang Ambon menilai bahwa kongres yang ada sudah tidak lagi efektif, tidak lagi bernilai, dan untuk meminimalisir potensi buruk nantinya, semisal akan diadakan kongres HMI di Jakarta oleh Pj Ketum Muis maka kami minta dengan hormat kepada semua Cabang se Indonesia supaya tahan diri, menyikapi segala persoalan yang terjadi dengan kepada dingin, serta mendukung dan menyuarakan kongres rekonsiliasi dengan cepat dan untuk sementara mendesak untuk dihentikan kongres di kota Surabaya, sambil menunggu kesepakatan dua kubu Muis dan Arya,” katanya.
Selain itu HMI Cabang Ambon juga meminta kepada Kapolda Jatim untuk segera maraton mengevaluasi seluruh anak buahnya yang ditugaskan untuk mengawal kongres HMI, sebab banyak terjadi gesekan oleh oknum-oknum aparat dengan kader HMI terkhusus peserta kongres.
“Kami minta dengan hormat Kapolda Jatim untuk melakukan evaluasi anak buahnya yang ditugaskan mengawal kongres HMI, sebab banyak terjadi gesekan oleh oknum-oknum aparat terhadap kader HMI terkhusus peserta kongres. Kami juga meminta agar Polda Jatim menarik pasukannya dari arena kongres karena telah jauh mencampuri dan justru akan merugikan kebebasan berekspresi para kader HMI se Indonesia. Kalau misalkan Kapolda Jatim terkesan tutup mata dan diam atas apa yang terjadi di dalam arena kongres maka justru memberikan kesan bahwa Kapolda Jatim gagal memberikan rasa aman dan nyaman bagi seluruh kader HMI se Indonesia yang ada di kota Surabaya,” tandasnya.
Editor: Why
Komentar