Syu’aibun Sosok Teladan dan Akademisi Sejati

SUMUTNEWS.CO – Opini | Saya mengenal almarhum bang Syu’aibun, selain dari cerita dan lika-liku beliau menjadi bagian dari keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), juga mendengar cerita abang kandung saya yang tahu bagaimana kehidupan almarhum ketika berhijrah hidup di Kota Medan semasa mahasiswa beranjak dari kampung halaman modal keahlian menjahit pakaian. Syu’aibun itu kerjanya dulu sewaktu tinggal di Medan semasa mahasiswa menjahit, ujar abang saya mengenang sosok beliau yang ulet, tekun dan punya motivasi tinggi untuk maju.

Saat saya bergabung di HMI dan selanjutnya sering bergelut dengan berbagai aktivitas di Sekretariat HMI Cabang Medan Jalan Adinegoro 15, saya memperhatikan di dinding kantor HMI Cabang Medan tergantung foto para Ketua Umum HMI Cabang Medan dan Ketua Umum Badko HMI Sumut pada berbagai periode dan saya terhenti pada foto yang saya tahu dari buku MOP bahwa dia adalah sosok senior dari HMI Komisariat Fakultas Syariah IAIN Sumatera yang sekarang menjadi komisariat Syariah dan Hukum UIN Sumatera Utara, kenangan ini dimulai sekitar tahun tahun 1999 sampai saat ini masih dalam ingatan.

Bacaan Lainnya

Seiring waktu berjalan sosok yang saya lihat fotonya dalam balutan bingkai tersebut dengan tegak berdiri di dinding ruangan HMI Cabang Medan itu ternyata salah satu Dosen pengampu mata kuliah di kelas saya jurusan muamalat Fakultas Syariah IAIN Sumatera Utara sekaligus menjadi salah satu teladan inspirator yang mendorong saya untuk menjadi pemimpin di HMI Cabang Medan dan Badko HMI Sumut pada waktu saya menempuh S1 di Fakultas Syariah IAIN Sumut. Namun manusia hanya bisa berencana tapi Allah lah yang berkehendak saya hanya bisa sebagai Kabid PTKP HMI di tingkat komisariat dan di tingkat cabang tak sampai sebagai Ketum HMI Cabang Medan dan Ketum Badko HMI Sumut seperti Bang Syu’aibun.

Seteleh tamat S1 saya bertekad dan atas dorongan senior untuk melanjutkan S2 di UI atau PTN lain di Indonesia karena saya tahu bang Syu’aibun alumni Fakultas Syariah IAIN Sumut pada waktu itu yang berani mengambil langkah “out of the box” melanjut S2 ke luar kampus IAIN Sumut yakni di UII Yogyakarta, lalu saya termotivasi juga untuk mengikuti sosok senior satu ini yang bergelar M.Hum pada waktu itu. Selang waktu berlalu sekitar setengah bulan saya bergerilya di ibukota Jakarta, namun niat untuk melanjut S2 bisa saya laksanakan di Sekolah Pascasarjana Ilmu Hukum USU yang alhamdulillah di tahun 2008 saya mendapat gelar M.Hum. Satu langkah saya sama dengan bang Syu’aibun, walau saya tidak dizinkan Allah jadi Ketum HMI Cabang Medan dan Ketum Badko HMI Sumut tapi saya diizinkan Allah bisa tamat S2 dan gelarnya sama dengan Bang Syu’aibun walau beda Universitas yakni Magister Humaniora.

Masih kuat dalam ingatan saya ketika bang Syu’aibun sosok yang mampu tampil beda ketika mengajar di kelas beliau dengan performa maksimal tak lupa memakai kemeja dan berdasi dan saya tahu waktu itu beliaulah tokoh penggerak lahirnya jurusan DIII Manajemen dan Perbankan Syariah IAIN Sumatera maka beliau harus menunjukkan bahwa harus tampil beda layaknya profesional yang saya tahu pakaian tersebut dipakai oleh para praktisi, bankir atau ekonom bukan Dosen Fakultas Syariah IAIN Sumut. Lalu Fakultas mengamanahkan beliau jadi salah satu pembimbing skripsi saya di jenjang S1. Waktu itu dengan tegas beliau katakan jangan kau ajari tak elok sambil becanda, saat saya meminta bang Syu’aibun untuk tandatangani skripsi saya.

Beliau ketika urusan akademik punya komitmen kuat tak menganggap itu urusan sepele tapi urusan yang harus diselesaikan dengan serius, begitu juga ketika beliau mengajar di kelas, sesibuk apapun dengan jabatan yang beliau emban tapi tetap masuk menunaikan kewajibannya sebagai dosen karena tak mau mengecewakan mahasiswa yang sudah menunggunya apalagi butuh tanda tangannya sebagai pembimbing skripsi.

Seiring waktu berjalan lama kami tak bersua, dalam satu kesempatan beliau lagi-lagi dengan nada bergurau bilang ke saya udah jadi tokoh kau sekarang ya, saya hanya senyum menimpali guaruan guru sekaligus senior pembimbing dan panutan saya, lalu saya katakan janganla begitu bang. Beliau pesankan ke saya ketika saya sampaikan saya di tahun 2008 sudah menjadi Dosen di Politeknik Tanjungbalai mohon arahan dan nasehat, beliau berujar bagus itu kau harus jadi pemimpin walau di tempat yang kecil dengan wajah yang serius dan tegas yang sampai hari ini saya ingat hal itu untuk yang kedua kali saya bisa mengikuti jejak beliau menjadi Dosen atau akademisi yang benar-benar menjunjung tinggi nilai dan norma akademik yang tinggi menjadi modal saya hingga saat ini walau tidak meninggalkan jati diri sebagai senior yang terus membimbing adik-adik junior di organiasasi yang membesarkan saya yakni HMI seperti yang almarhum Bang Syu’aibun lakukan untuk adik-adiknya termasuk kepada saya.

Waktu beliau berpulang ke rahmatullah saya menerima kabar melalui media sosial bahwa sosok senior andalan pembimbing dan inspirator saya tersebut telah selesai tugasnya di dunia ini sebagai khalifah fil ardh, yang saya tahu beliau walau dalam kondisi sakit tapi tugas-tugas akademik dan sosial tetap seperti biasa beliau lakukan dengan penuh tanggung jawab karena beliau sosok yang banyak memberikan manfaat dan inspirasi bagi banyak orang insyaAllah dimasukkan Allah ke syurgaNya bersama para Nabi dan Ulama serta orang-orang shalih karena shadaqah jariyah dan ilmu yang bermanfaat merupakan amal yang tak terputus walau anak adam telah mati terus mengalir pahalanya. Lahu alfaatihah Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu. Bang Syu’aibun boleh telah tiada lagi di dunia ini tapi nilai-nilai dan pesan yang diajarkan dan disampaikannya tetap tertanam dalam hati sanubari para mahasiswa dan junior serta orang-orang yang pernah bergaul dengan beliau termasuk saya, insyaAllah.

 

Muhammad Fajrin Pane, S.HI., M.Hum

-SekretarisUmum MD KAHMI Tanjungbalai

-Dosen di Politeknik dan STAI Al-Hikmah Kota Tanjungbalai

Komentar

Pos terkait