Refleksi 74 Tahun HMI: Formulasi Gerakan dan Wajah Masa Depan

Taufik Kurniawan/Ist

SUMUTNEWS.CO – Opini | Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berdiri pada 5 Februari 1947. Lahir dari sebuah momentum perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dihadapkan dengan perdebatan ideologi dan sistem pemerintahan oleh elit kekuasaan dimasa itu. Kritis dan militansi kader HMI selalu teruji komitmen utuh dalam bernegara. Kader HMI tampil menunjukkan posisinya sebagai garda terdepan dalam mengawal keutuhan NKRI. 74 Tahun HMI selalu konsisten dalam merawat persatuan-kesatuan bangsa. Spirit Keislaman-Keindonesiaan kader HMI merupakan kepribadian lahiriah dan batiniah dalam rangka melakukan perjuangan sebagai solidarity maker (duta pemersatu) di tengah-tengah masyarakat.

Misi Perjuangan HMI

HMI sebagai organisasi mahasiswa tertua di Indonesia telah melahirkan kader-kader yang banyak berkecimpung di berbagai profesi dan kelembagaan negeri ini. Mulai dari akademisi, birokrat, pengusaha, politisi, hingga praktisi. Lafran Pane sosok pendiri HMI mengatakan, tak masalah berkiprah dimanapun berada, yang terpenting selalu memegang teguh nilai-nilai ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an dalam menjalankan misi demi menggapai cita HMI. Nilai Dasar Perjuangan (NDP) adalah idealisme HMI yang di dalamnya terdapat nilai-nilai islam yang dikontekstualisasikan pada sisi moralitas, modernitas, sosialisme dan keadilan universal. NDP dapat diartikan sebagai ruh yang selalu menafasi setiap perjuangan HMI.

Bacaan Lainnya

Masa Puncak Kejayaan

HMI sekarang pada tahap kepuasan hati, ketentraman dan kedamaian. Menurut Ibnu Khaldun dalam buku mukaddimahnya mengatakan, pada tahap ini pemegang kekuasaan merasa puas dengan sesuatu yang dibangun oleh pendahulunya. Masa emas atau kejayaan HMI ini dinikmati oleh seluruh stakeholder-nya sehingga melunturkan jiwa kritis dan militansi yang merupakan watak kepribadian kader HMI. Kondisi sekarang ini mirip dengan dinasti ummayah masa kekhalifahan al walid II bin Yazid II, dimana kepribadian karakter pemimpin yang pragmatis, kurangnya perhatian dalam mengurus organisasi, sampai dengan perpecahan didalam internal Pengurus Besar (PB) HMI yang tak kunjung usai.

Dies Natalis 74 Tahun HMI mengusung tema “Mengokohkan Komitmen Keislaman dan Kebangsaan”, tema itu hanya slogan belaka. HMI dikenal selalu mengedepankan dan merawat persatuan, pada kenyataannya saat ini, internal HMI malah mengalami perpecahan. Ini merupakan anomali bagi tubuh HMI sendiri. Rasulullah menginginkan persatuan, solidaritas dan persaudaraan sementara pemegang kekuasaan di HMI selalu mengedepankan kepentingan pribadi dan kelompok, bukan kepentingan universal. Mungkin ini konflik yang tak berujung dan mengalami kebuntuan, seperti sebuah komputer, maka sudah saatnya HMI re-start, tampil dengan wajah baru mengenyampingkan segala hal-hal yang berhubungan dengan historis dan romantika masa lalu, demi menata HMI kedepan.

Reformulasi Gerakan Perjuangan HMI

Kini masanya era globalisasi yang berarti mendunia. Dalam buku A Future Perfect: The Challenge and Promise of Globalizsation (2003) karya Random House, globalisai memberikan pengaruh kedalam seluruh aspek kehidupan. Perubahan berpengaruh kepada siapa saja, baik itu positif atau negatif. HMI sebagai organisasi mahasiswa harus reponsif supaya survive melewati arus globalisasi. Penulis memberikan pandangan berupa alternatif pembaharuan dalam tubuh HMI. Pertama, Rekontruksi Perkaderan; pola perkaderan sekarang sudah usang dan tidak sesuai lagi dengan kondisi zaman. Pola perkaderan yang kedepan harus lebih menekankan output profesionalitas tanpa mengenyampingkan sisi intelektualitas kader yang merupakan ciri kepribadian HMI. Pemanfaatan teknologi 4.0 harus dimaksimalkan apalagi dengan kondisi pandemi Covid-19 ini. Lokakarya perkaderan pada tingkatan PB dan Cabang HMI merupakan sebuah solusi konkrit dalam menjawabnya. Kedua, Reorientasi Mission HMI; era globalisasi menekankan peningkatan kualitas kemampuan (skill) diri setiap manusia. Masa depan adalah masa tanpa kompromi, skill yang menentukan keberhasilannya setiap orang. HMI kedepan harus proaktif dalam meningkatkan skill kadernya, agar mampu merealisasikan cita-cita HMI dimasa mendatang. Ketiga, Relevansi Peran HMI; Sebagaimana HMI merupakan organisasi perjuangan yang selalu menempatkan diri pada posisi yang tepat untuk kepentingan kepentingan rakyat, menegakkan kebenaran dan objektivtas demi kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut tidak lepas sifat Independensi HMI yang mampu bergerak aktif dan progresif dan tidak terikat kepentingan apapun. Maka HMI perlu memperjuangkan kepentingan masyarakat Indonesia agar terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.

Outputnya perkaderan HMI adalah melahirkan pemimpin bangsa. Kepemimpinan di HMI menjadi sorotan, akar masalah yang selalu terjadi di internal HMI adalah perebutan pengambilalihan kepemimpinan ditiap tingkat dan kelembagaan. Alternatif yang merupakan solusi ialah reaktivasi kelembagaan di HMI, mengaktifkan lembaga kekaryaan di tiap tingkatan cabang. lembaga kekaryaan merupakan ruang aktualisasi diri bagi kader HMI yang ingin meningkatkan kualitas diri dan berlatih menjadi pemimpin. Maka sejatinya kedepan bisa melangkah bersama demi menggapai masa depan yang gemilang.

 

Taufik Kurniawan
Fungsionaris Badko HMI Sumut 2018-2020

Komentar

Pos terkait