SUMUTNEWS.CO – Opini | Panglima TNI Hadi Tjahjanto mendadak menggelar konferensi pers pada, Minggu (15/11) tengah malam WIB. Dia didampingi pemimpin pasukan elite masing-masing matra mengadakan jumpa pers di Subden Denma Mabes TNI, Jakarta.
Hadir mendampingi, Pangkostrad Letjen TNI Eko Margiyono, Komandan Koopssus TNI Mayjen TNI Richard TH Tampubolon, dan Danjen Kopassus Mayjen TNI Mohamad Hasan, Dankormar Mayjen TNI (Mar) Suhartono dan Komandan Korpaskhas Marsda TNI Eris Widodo.
Dalam konferensi pers itu Hadi menekankan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan demi stabilitas nasional.
“Untuk itu, jangan kita biarkan persatuan dan kesatuan bangsa itu hilang atau dikaburkan oleh provokasi dan ambisi yang dibungkus dengan berbagai identitas,” kata Hadi sebagaimana dikutip dari akun Instagram Puspen TNI. Hadi juga menambahkan, semua prajurit TNI adalah alat utama pertahanan negara.
Publik justru bertanya-tanya, apa maksud Panglima TNI dengan provokasi dan ambisi yang dibungkus dengan berbagai identitas. Situasi apa yang mendorong panglima TNI membuat pernyataan pada malam hari, seperti menggambarkan situasi genting itu ?
Pada saat yang sama, ketika OPM mengoyak persatuan, mencabik-cabik kedaulatan, dan membunuh warga sipil, polisi hingga anggota TNI, tak ada respons seheboh ini. Pun demikian, ketika kedaulatan laut Indonesia di Laut Cina Selatan diterobos Tiongkok, panglima TNI juga masih terlihat adem.
Jika dirujuk peristiwa, memang sebelumnya muncul kritik tajam kepada TNI karena sikap berlebihan pada dua prajuritnya yang disanksi hanya karena unggahan video yang menyampaikan ekspresi kegembiraan, kebahagiaan dan rasa hormat atas kepulangan seorang Ulama. Kritik tajam, di latar belakangi sikap yang tak adil pada prajurit TNI.
Memang benar, sepulang Habib Rizieq Shihab ditengah masyarakat beredar narasi Revolusi Akhlak yang jelas beridentitas Islam. Revolusi ini bertujuan memperbaiki kerusakan-kerusakan akhlak dan moral bangsa yang kian akut. Apakah ancaman itu oleh panglima TNI ditujukan kepada rakyat khususnya Umat Islam yang mengusung Revolusi Akhlak ?
Lalu apa salahnya umat Islam ? Apa salahnya Revolusi Akhlak ? Apa salahnya perjuangan berbasis identitas Islam ? Apa negeri ini mau diarahkan pada identitas komunis atau kapitalis ?
Pernyataan ambigu seorang panglima TNI justru berpotensi memantik perpecahan dan mencederai persatuan. Semestinya panglima TNI tunjuk hidung, siapa itu yang merusak persatuan. Jangan mengedarkan narasi ambigu yang menimbulkan berbagai praduga ditengah umat.
Saran saya, tegas saja sebut yang memecah persatuan dan berbahaya bagi kedaulatan Negara itu kapitalisme Amerika. Yang memecah persatuan dan berbahaya bagi kedaulatan Negara itu Komunisme China. Jika hal ini tegas disampaikan panglima TNI, maka segenap umat Islam akan berdiri bersama TNI untuk melawan penjajahan kapitalisme Amerika dan komunisme China.
Ahmad Khozinudin
Penulis merupakan Sastrawan Politik
Editor: Why
Komentar