OLEGA.ID – Opini | Ada yang menarik di perhelatan Pilkada Medan 2020 mendatang, yaitu GNPF Ulama yang meminta agar Pilkada ditunda. Apakah ini menunjukkan GNPF tak ikut mendukung calon yang diusung PKS di Pilkada ini?
Penulis ingin memulai ini dengan menggambarkan kenyataan di beberapa kesempatan yang lalu. Sejak lahir dari sebuah gerakan aksi bela Islam, GNPF telah bertransformasi menjadi sebuah kekuatan politik yang mengklaim membawa aspirasi ummat. GNPF selalu hadir di setiap kontestasi politik, khususnya jika salah satu kandidat yang maju beririsan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Terlebih, GNPF selalu berdampingan dengan PKS dalam hal ini. Kisah ini penulis mulai dari Pilgub DKI Jakarta saat Anies Baswedan bersama Sandiaga Uno berhadapan dengan Ahok yang berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat.
Saat itu, GNPF yang baru lahir berubah menjadi kekuatan besar dan diperhitungkan di Indonesia. Bagaimana tidak, gelombang massa GNPF mau tidak mau harus diakui sebagai salah satu kekuatan besar yang turut memenangkan pasangan Anies-Sandi kemarin. Disini, PKS juga menjadi salah satu partai yang ikut mengusung pasangan Anies-Sandi untuk memenangi Pilkada di tahun 2016 itu.
Kisah ini berlanjut saat perhelatan Pilkada serentak di tahun 2018, saat itu GNPF juga ikut dalam upaya memenangkan kandidat di Pilkada. Khususnya di Sumatera Utara, GNPF Ulama dengan tegas menyatakan dukungan dan bergerak memenangkan pasangan Edy Rahmayadi dan Musa Rajekhshah (Eramas).
Pasangan Eramas yang berhadapan dengan pasangan Djarot Saiful Hidayat dan Sihar Sitorus (Djoss) saat itu juga diusung oleh PKS. Hasilnya, pasangan Eramas berhasil memenangkan Pemilihan Gubernur Sumut ini.
Selanjutnya, GNPF dan PKS juga bersama-sama mendukung pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno di pemilihan Presiden di tahun 2019. Dukungan ini mengalir deras hingga gerakan-gerakan bersama mereka lakukan untuk memenangkan pasangan ini. Sayangnya, pada perhelatan kali ini calon yang diusung PKS dan didukung GNPF mengalami kekalahan ketika menghadapi pasangan Jokowi dan Ma’ruf Amin.
Dari uraian di atas, penulis ingin menyampaikan kebersamaan yang sudah lama terbangun antara GNPF maupun PKS. Keduanya sudah terbiasa berjalan berbarengan sejak aksi belas Islam bergulir.
Di Pilkada Medan 2020 ini sepertinya akan berbeda. Pasalnya hingga kini GNPF memiliki sikap politik yang berbeda dengan PKS. Meski PKS sudah memiliki pasangan calon yang mereka usung untuk menghadapi menantu dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), GNPF memilih untuk ‘tidak ikut dulu’ untuk mendukung. Lebih-lebih, GNPF memilih untuk meminta agar Pilkada ditunda.
Alasannya yang mereka bawa adalah karena pandemi virus Corona yang masih terus terjadi di Indonesia. Menurut mereka, jika Pilkada ini tetap bergulir akan membahayakan kesehatan masyarakat.
Meski Presiden Jokowi menyatakan dengan tegas Pilkada tidak akan ditunda, GNPF Sumut tetap tidak bergeming. Mereka tetap meminta agar Pilkada ditunda sembari menunggu proses gugatan yang mereka layangkan ke Pengadilan Medan untuk hal ini.
Sampai hari ini pun, GNPF belum menyampaikan siapa yang akan mereka dukung jika Pilkada tetap bergulir. Karena hal ini, layaklah kita berfikir bahwa GNPF belum dapat memastikan akan ikut mendukung calon yang diusung PKS. Entah apa alasannya, tapi hal itu yang hingga saat ini terlihat oleh penulis.
Sebagai pengingat, diakhir penulis sampaikan komposisi pasangan calon yang akan maju di Pilkada Medan. Pasangan pertama adalah menantu Presiden Jokowi Bobby Nasution yang akan berpasangan dengan Aulia Rachman. Mereka maju dengan diusung PDIP, Partai Gerindra, Partai Nasdem, PSI, PPP, PAN, dan Hanura. Calon lainnya adalah Akhyar Nasution dan Salman Al-Farisi. Mereka diusung PKS dan Demokrat. (Opini Tim Kolegaid)
Penulis : ZAL
Editor : ZAL
Komentar