SUMUTNEWS.CO – Jakarta | Penangkapan “Anak Buah” Prabwo Subianto yang merupakan Menteri KKP Edy Prabowo oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan dugaan kasus korupsi pada ekspor benih benur lobster pada Kementrian KKP mengakibatkan nama Susi Pudjiastuti Mantan Menteri KKP dikaitkan dan menjadi perbincangan.
Pemilik Maskapai dengan bendera Susi Air itu salah satu yang paling tidak setuju dengan kebijakan ekspor benih lobster atau benur.
Mantan Menteri KKP aktif dimedia sosial menggaungkan penolakan terhadap Kebijakan ekspor benih lobster oleh Kementrian KKP.
Terikait pernyataan Susi yang banyak menentang adanya ekspor benur, Fahri Hamzah pun memberikan tanggapan
Fahri hamzah yang disinggung oleh Susi pada cuitan twiternya saat Edy Prabowo beberapa jam ditangkap KPK menjawab terkait ekspor benih lobster.
Pada Acara Putri Qurais Shihab di Mata Najwa, Fahri Hamzah ini yan merupakan seorang pengusaha benih lobster dikampungnya.
Wakil Ketua DPP Partai Gelora mengatakan nelayan tak dapat menunggu lama hingga lobbster berukuran besar.
Ia menyampaikan jika nelayan juga membutuhkan uang untuk makan.
Lanjut Fahri Hamzah jika pakan dari lobster jauh lebih mahal dibandingkan biaya makan anak istri nelayan.
Penyampaian fahri nelayan tidak bisa menunggu hingga akhirnya pemerintah mendapatkan kesepakatan dengan Tiongkok untuk membeli lobster di Indonesia dan bukan Vietnam.
“Rakyat gak bisa nunggu, ini aja dijalankan dulu,” ujar Fahri, dikutip Kolega.id dari YouTube Najwa Shihab yang diunggah 26 November 2020.
Wakil Ketua DPP Gelora ini menyampaikan lebih baik aturan yang ada saat ini dijalankan terlebih dahulu sambil pemerintah membawa kesepakatan dengan Tiongkok untuk membeli dari nelayan lokal.
“Jangan korbanin nelayan, ibu Susi kaya, nelayan tidak sekaya Bu Susi, Ibu…..nelayan ga bisa nunggu,” Ujar Fahri.
Fahri menceritakan, saat kebijakan ekspor baby lobster ini dibuka, nelayan menyambut gembira. Mereka bahagia dan pesta dengan kebijakan tersebut.
Sebab dalam aturan tersebut, harga beli ke nelayan sudah ditetapkan yakni di atas Rp 5.000. Kepastian harga yang baik ini membuat nelayan tersenyum lebar.
Bahkan saat adu harga dengan pengusaha, ada nelayan yang menawarkan di atas Rp 10.000. Sedangkan harga ekspor baby lobster di bawah 1 dollar AS.
Fahri mengungkapkan jika dia mengalami kerugian ketika mengekspor benih lobster.
Belum ditambah biaya cukai, karantina, dan lainnya, jadilah pengusaha rugi. Tak tanggung-tanggung, perusahaannya yang baru dua kali ekspor, mengalami kerugian besar.
Kerugian pertama mencapai Rp 200 juta, kerugian kedua di angka Rp 180 juta.
Editor: ARI
Komentar