KOLEGA. ID – Jakarta | Peristiwa penusukan ulama Syekh Ali Jaber pada Minggu (13/9) menjadi polemik di masyarakat. Aksi yang terjadi di masjid Falahuddin, Sukajawa, Tanjung Karang Barat, Kota Bandar Lampung tersebut dilakukan oleh Alfin Andrian (24), yang tinggal di sekitar tempat kejadian. Syekh Ali Jaber luka di bagian lengan, sementara pelaku berhasil diamankan dan saat ini sudah dinyatakan sebagai tersangka.
Peristiwa ini menjadi polemik karena sebagian masyarakat berpendapat bahwa pelaku bukan tunggal dan ada aktor intelktual yang mengendalikan meskipun pendapat ini hanya dugaan tanpa bukti. Di sisi lain orang tua pelaku menyatakan bahwa pelaku mengalami gangguan jiwa.
Pendapat yang berlebihan menyebutkan bahwa peristiwa di Lampung ini adalah rangkaian dari aksi di Tanjung Racing OKI (11/9), dimana Muhammad Arif (61) pensiunan PNS dibacok oleh Meyudin (49) pada saat magrib berjamaan di Masjid Nurul Iman, Tanjung Rancing, Kayuagung OKI. Korban dan pelaku sama-sama menjadi pengurus Masjid Nurul Iman. Dari hasil penyelidikan diketahui bahwa korban melakukan aksinya karena sakit hati karena kunci kotak amal yang selama ini dibawa pelaku diminta oleh korban.
Kedua peristiwa yang terjadi dalam waktu yang berdekatan dianggap oleh publik sebagai satu rangkaian skenario, ditambah dengan waktu kejadian pada bulan September maka oleh kelompok tertentu aksi tersebut dihubungkan dengan ideologi komunis. Akhirnya narasi bahwa ada serangan terhadap ulama yang dilakukan oleh komunis marah tersebar di media sosial.
Kunci utama untuk meredakan polemik ini adalah hasil penyampaian hasil penyidikan dari Polri terkait motif dari pelaku, disertai dengan bukti-bukti yang mendukung termasuk dari ahli yang relevan seperti psikolog. Selain itu perlu diungkap latar belakang dari pelaku, lingkungan, aktifitas sebelumnya, pihak yang paling sering berkomunikasi dengan pelaku, termasuk relasi di sosial media yang bisa menjadi catatan penting untuk mengungkap motif dari pelaku. Kemungkinan ada kelompok atau orang tertentu yang menjadi aktor intelektual dari peristiwa tersebut tetap harus diwaspadai dan diungkap kebenarannya.
Jika masyarakat berbeda pendapat dengan hasil penyidikan yang dilakukan oleh Polri maka sebaiknya Polri memberi kesempatan kepada masyarakat yang mempunyai fakta-fakta pendukung untuk menyampaikan sebagai materi penyidikan. Selain itu Polri sebaiknya dengan cepat dan transparan dapat menyampaikan hasil penyidikan kepada masyarakat sehingga tidak ada waktu jeda yang dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk menebar asumsi yang provokatif dan menyesatkan.
Peristiwa yang menimpa ulama Syekh Ali Jaber menjadi kasus serius yang disorot oleh publik. Perlu penanganan yang khusus sehingga kasus ini dengan cepat dapat terungkap, dan yang paling penting dapat dicegah sehingga tidak terjadi lagi. Pencegahan ini sangat penting mengingat sensitivitas masyarakat terhadap isu-isu yang berhubungan dengan agama sangat tinggi.
Oleh: Stanislaus Riyanta, Pengamat Intelijen dan Keamanan
Editor: ARI