SUMUTNEWS.CO, MEDAN – Sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, Medan merupakan kota multi etnis. Penduduknya terdiri dari orang-orang dengan latar belakang budaya dan agama yang berbeda-beda sehingga dijuluki sebagai miniaturnya Indonesia.
Masing-masing etnis memiliki landasan ajaran keagamaan sehingga selama ini tidak pernah terjadi konflik antar umat beragama di Kota Medan.
Hal ini disampaikan Wali Kota Medan Bobby Nasution saat menghadiri Silaturahmi Kebangsaan Pemuda Lintas Agama dengan tema “Pemuda Negarawan Lintas Agama Menuju Indonesia Emas 2045” di Taman Cadika Medan, Jumat (29/7).
Acara juga dirangkaikan dengan peluncuran Program Pemuda Negarawan Menuju Indonesia Emas 2045 yang ditandai dengan pemukulan Gordang Sambilan yang dilakukan Bobby Nasution bersama dengan para ketua lintas agama.
“Atas nama Pemko Medan, saya mengucapkan terima kasih karena telah memilih Kota Medan menjadi tuan rumah sekaligus tempat deklarasi seluruh pemuda lintas agama yang sepakat bergerak memajukan Indonesia Emas 2045. Terpilihnya Kota Medan menjadi tuan rumah, tidak terlepas karena beragam etnis yang dimiliki Kota Medan dan Medan sebagai miniaturnya Indonesia,” kata Bobby Nasution.
Salah satu upaya untuk menjadikan Indonesia Emas Tahun 2045, kata Bobby, dengan memastikan persatuan dan kesatuan di Indonesia berjalan dengan baik. Terutama, mengenai kerukunan umat beragama yang menjadi landasan utama. Melalui kegiatan ini, imbuhnya, diharapkan dapat memajukan bangsa dan negara Indonesia tercinta ini.
“Indonesia terbentuk dengan banyaknya perbedaan agama dan etnis yang ada. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita menjaga kemerdekaan seiring dengan menjaga keagamaan itu sendiri. Selain itu, menjaga keutuhan berbangsa dan bernegara dengan berlandaskan nilai-nilai pancasila dan kebhinekaan adalah salah satu kunci utama dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045,” ungkapnya.
Sementara itu Menteri Agama RI sekaligus Ketua Umum GP Ansor KH Yaqut Cholil Qoumas yang hadir via zoom, mengajak seluruh kader pemuda lintas agama untuk menjadikan agama sebagai inspirasi bukan sebagai aspirasi. Sebab,setiap agama selalu mengajarkan kebaikan, termasuk untuk mencintai bangsa dan negara tidak terlepas dari tuntutan agama.
Dikatakan Yaqut, ada orang-orang yang ingin menjadikan Indonesia menjadi satu warna saja ingin merusak kebhinekaan, keberagaman dan kemajemukan sebagai upaya untuk menghancurkan Indonesia.
“Tentunya ini menjadi tantangan para pemuda lintas agama yang mendeklarasikan diri sebagai garda terdepan bagi setiap ancaman atas eksistensi negara dan bangsa kita. Jangan hanya dideklarasikan saja, tetapi juga tunjukkan bahwa apa yang dideklarasikan benar-benar diwujudkan dengan perilaku sehari-hari dalam berbangsa dan bernegara,” tegas Yaqut. (SN01)
Komentar