SUMUTNEWS.CO – Simalungun | Foto-foto anak sekolah yang harus memanjat pohon untuk bisa belajar secara online di Simalungun, Sumatera Utara viral. Foto ini diunggah akun Facebook Renni Rosari Sinaga pada Sabtu (1/8) yang lalu.
Berikut postingan yang menjelaskan anak-anak harus memanjat pohon untuk bisa belajar online :
KAMI BISA
KAMI BERJUANG
PANTANG MENYERAH..
Nun…jauh disana..
Di apit gunung Simarsuppit dan gunung Simarsolpah…Kec.Raya berjarak lebih kurang 19 km dari Ibu kota Kabupaten Simalungun
Ada sebuah desa kecil Nama nya BAHPASUNSANG.Penduduk nya lebih kurang 100 KK
Nah desa Bahpasunsang menjadi topik ceritaku ini..
Aku bercerita BUKAN tentang ke asrian desa itu..Bukan tentang bening nya Bahkulistik dan Bah bolon di pinggiran desa itu.Bukan tentang Bah Si Dua Ruang tempat istirahat nan teduh.
Aku juga bukan bercerita tentang banyak nya bencana longsor yg membuat akses lalu lintas yang amat “payah” menuju desaku BAHPASUNSANG yg berada di antara Sondi Raya dan Sindaraya
Aku bercerita tentang ANAK BANGSA yg ada di desa itu. Di Desa Bahpasunsang hanya ada satu gedung Sekolah Dasar. Di masa Pendemi ini siswa siswi SD tidak belajar di gedung Sekolah.Mereka taat aturan walau mereka bermukim di kelilingi hutan.
Dan tetap belajar dengan luring..secara berkelompok dan mengikuti protokol kesehatan yg atur oleh Kepala Sekolah nya Asni Selpiani Saragih Asni Marchello
Nah… Proses Belajar Mengajar SD…tidak ada kendala walau covid 19 masih berdampak
Lalu bagaimana denga SD.SMP dan Mahasiswa ???
Ini lah yg mau ku ceritakan:
Untuk mencari SIGNAL mereka jalan kaki ke perbukitan hampir 2 km dari pemukiman.Namun…covid 19 menempa mereka menjadi lebih giat dan tangguh…
MEREKA TIDAK MENYERAH..
Mereka tidak mengeluh…
Mereka tidak menyalahkan Gugus covid 19.Kab.Simalungun
Mereka tidak menyalahkan Pendidik dan Tenaga Kependidikan yg mengajar Daring dan telkonference
Mereka tau covid 19 adalah bencana..ujian dari Yang Maha Kuasa…
Lalu apakah mereka pasrah saat SIGNAL tak ada di desa mereka ???
Tidak…
Mereka berjuang
Mereka memanjat pohon denga antrian
Mereka menulis di rerumputan
Mereka melawan dingin dan cuaca yg kadang kurang bersahabat dengan situasi yg mereka hadapi…
Ada rasa syukur ketika yg punya lahan dengan senang hati membiarkan mereka ‘bertengger’ di pohon durian nya tuk dapat berkomunikasi di dunia Daring..
Dengan Manderes dan bertani ,orangtua mere ka mampu membeli Android dan Kuota…
Andai SIGNAL dapat di beli…. mereka pun pasti beli..
Kami ARBAB (Anak Rantau Bahpasunsang)
Tidak dapat berbuat banyak…
Pesan kami…
Tetap lah berjuang…
Dan berdoa agar Corona segera berlalu…
Horas Horas Horas..
Penulis : ZAL
Editor : ZAL
Komentar