SBY-AHY disebut “Bodoh”, Ketua Umum PW KAMMI SUMUT Angkat Bicara

SUMUTNEWS.CO – Medan | Guru Besar Universitas Sumatera Utara (USU), Prof Yusuf Leonard Henuk, menjadi sorotan publik setelah menjelaskan terang-terangan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) “bodoh” di sosial media (Twitter).

Menurut keterangan yang ada, bahwa Guru Besar dari Fakultas Pertanian USU membuat heboh di media sosial karena menyerang Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono a (SBY) dengan menyebut “Bapak Mangkrak Indonesia”. Tidak puas dengan itu kini Leonard menyerang putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Leonard dalam akun Twitternya, @ProfYLH menyebut AHY “bodoh sekali”.

Cuitan Leonard di twitter menjadi bulan-bulanan publik. Hal ini di dasari dengan kebesaran jiwa (SBY) yang tidak gentar mendengar hujatan tentang dirinya. Berangkat dari sini banyak komentar netizen yang mendukung sikap SBY dan mengutuk ujaran kebencian yang dilakukan oleh Leonard.

Permasalahan ini dianggap penting oleh beberapa tokoh seperti Burhanuddin Sitepu politisi demokrat kota Medan, sehingga tidak sedikit dari mereka yang angkat bicara terkait isu ini. Termasuk juga ketua umum Pengurus Wilayah KAMMI Sumatera Utara Akhir Rangkuti. Beliau menyayangkan mengapa sekelas guru besar yang seharusnya tutur bahasanya terkemas rapi dalam menjelaskan ke publik, ini malah membuat kegaduhan. Lebih jelasnya tanggapan dari ketua umum PW KAMMI Sumut sebagai berikut:

“Saya tidak melihat ada sosok yang patut di teladani dari prof Yusuf Leonard Henuk Ini. Bagaimana bisa orang yang sudah jadi guru besar dan sudah jadi profesor mengeluarkan kata kata umpatan yang tidak patut begitu kepada bapak AHY bahkan kepada bapak SBY yang merupakan mantan presiden Indonesia. Tidak layak di contoh dan tidak layak jadi guru besar itu kalau memang orangnya begitu. Cabut saja gelar guru besar nya itu kalau memang kerjanya hanya bisa menimbulkan kegaduhan”. Ujarnya.

Rangkuti merasa miris melihat cara Prof Yusuf Leonard Henuk dalam mencermati isu kontemporer negara saat ini. Layaknya sebagai guru besar “manusia terdidik” seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat. Peristiwa ini bukan hanya merugikan satu pihak, namun kerugian juga dirasakan oleh pihak Universitas Sumatera Utara (USU). Mengapa ujaran kebencian ini keluar dari mulut seorang guru besar dari kampus terbaik di pulau Sumatera.

Editor: ARI

Komentar

Pos terkait