SUMUTNEWS.CO – Jakarta | Balai Kota Tel Aviv, Israel, terlihat dinominasi warna bendera Libanon pada Rabu (5/8) malam waktu setempat sebagai bentuk simpati dan solidaritas terhadap ledakan di Beirut yang menewaskan lebih dari 110 orang.
Bentuk solidaritas tersebut dilakukan pemerintah Kota Tel Aviv meski Israel dan Libanon secara teknis masih berperang.
“Kemanusiaan mendahului konflik apa pun, dan hati kami bersama rakyat Libanon setelah bencana mengerikan yang menimpa mereka,” tulis Wali Kota Tel Aviv, Ron Huldai, melalui akun Twitter pada Rabu (05/08/2020).
Puluhan warga Israel yang berlalu-lalang di Lapangan Rabin menikmati cahaya lampu berwarna putih, merah, dan hijau yang menyelimuti gedung Balai Kota Tel Aviv. Lampu-lampu tersebut mulai menyala pukul 19.55 waktu setempat.
Seorang warga Tel aviv, Russel, mengatakan kepada AFP bahwa ia merasa sangat bangga tinggal di kota tersebut.
“Orang-orang yang tidak bersalah terbunuh dan duka cita kami ada bersama mereka. Ini tidak ada hubungannya dengan politik. Ini tidak ada hubungannya dengan (konflik perbatasan),” ujar Russel.
“Ini hubungan antar-manusia dan Tel Aviv adalah kota yang mencintai manusia dan warganya,” paparnya menambahkan.
Meski begitu, tidak semua warga Israel mendukung aksi solidaritas tersebut.
Dikutip AFP, Menteri Israel untuk Urusan Yerusalem, Raffi Peretz, justru mengecam tindakan pemerintah kota Tel Aviv tersebut.
Menurut politikus Partai Rumah Yahudi beraliran sayap kanan itu, memasang bendera Libanon yang merupakan musuh Israel adalah kebingungan moral.
“Mungkin perlu memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil yang terluka di Libanon, tetapi mengibarkan bendera musuh di jantung Tel Aviv adalah kebingungan moral,” kata Peretz di Twitter seperti dikutip AFP.
Israel dan Libanon secara teknis masih berperang. Insiden ledakan di Pelabuhan Beirut terjadi ketika milisi Syiah, Hizbullah, di Libanon kembali terlibat bentrokan dalam beberapa pekan terakhir.
Hizbullah dan Israel bertempur dalam konflik selama 30 hari pada 2006 lalu. Saat itu, Israel sempat meluncurkan serangan udara ke Libanon hingga menimbulkan kerusakan infrastruktur yang hebat.
Perang tersebut menewaskan 1.200 warga sipil Libanon dan 160 warga Israel.
Meski merupakan musuh, pemerintah Israel tetap menawarkan bantuan terhadap Libanon pasca-ledakan. Beberapa jam setelah tragedi di Beirut terjadi, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah menawarkan bantuan ke Libanon melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Berbicara di depan parlemen Israel pada Rabu, Netanyahu menyampaikan “belasungkawa kepada rakyat Libanon”.
Ia mengatakan Israel tetap siap menawarkan bantuan kemanusiaan kepada korban terdampak ledakan Beirut yang sampai saat ini belum diketahui pasti penyebabnya. (CNN Indonesia)
Editor: Why
Komentar