SUMUTNEWS.CO – MEDAN. Kalangan organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah yang dihuni mayoritas milenial, terkesan dengan sosok dan program Bobby Afif Nasution. Apa sebab?
Belum lama ini, Bobby Nasution mendapat sambutan hangat ketika berkunjung ke PDM Muhammadiyah Kota Medan. Tak hanya bertemu tokoh Muhammadiyah, Bobby berkesempatan diskusi dengan pengurus ortom Muhammadiyah. Menariknya, seluruh ortom hadir untuk bertatap muka langsung dengan Suami Kahiyang Ayu itu.
Dalam kesempatan tersebut, seluruh ortom Muhammadiyah yang hadir menyatakan kesiapannya berkolaborasi dengan Bobby Nasution untuk membangun Kota Medan. Menanggapi antusiasme ini, pengamat politik dan pemerintahan asal Universitas Islam Negeri (UIN) Sumut, Faisal Riza punya opini tersendiri.
“Pertama, secara figur Bobby itu membawa agenda perbaikan dan penyegaran. Kalau kepemimpinan yang sedang ada itu tidak bisa menawarkan penyegaran,” kata Faisal Riza Jumat (24/7/2020).
Kedua, masih kata Faisal Riza, dalam hal penyegaran ini ada konsep kolaborasi pemerintahan. Ini konsep terbuka yang memungkinkan masyarakat, lewat organisasi yang ada seperti Muhammadiyah, harus terlibat aktif. Sayang rasanya bila sampai tidak melibatkan diri.
“Sifat Bobby yang egaliter terbuka memudahkan dialog dalam pembangunan. Di sisi lain, organisasi seperti Muhammadiyah merupakan organisasi yang bersejarah, sepak terjang dalam memberdayakan umat sudah seabad lebih. Karena itu organisasi ini sangat dewasa dan terbuka dalam membangun kerjasama,” pungkas Faisal Riza.
Pengamat politik dan pemerintahan Universitas Sumatera Utara (USU), Dadang Darmawan pun mengamati hal itu sebagai langkah positif Bobby Nasution. Dukungan program dari berbagai kalangan, termasuk milenial, adalah nilai positif yang kelak memudahkan kerja.
“Dalam konteks Idealis, saya menduga gagasan kolaborasi atau pelibatan publik dalam pembangunan yang ditawarkan Bobby Nasution telah ditangkap sebagai gagasan yang maju dan produktif bagi ortom Muhammadiyah. Sehingga, ortom Muhammadiyah bisa turut mewarnai jalannya pembangunan Kota Medan ke depan,” papar Dadang.
Secara pragmatis, menurut Dadang, kaum milenial umumnya berfikir realistis dimana mereka akan memutuskan untuk berkolaborasi dengan mitra mereka yang bisa menyahuti keinginan dan kebutuhan mereka. “Di samping itu mereka juga membaca siapa yang akan nantinya memimpin Kota di Medan di masa depan,” beber Dadang.
Editor : Why
Komentar